Smartphone dan kamar hotel, internet adalah fasilitator perselingkuhan. Bukan penyebab langsung, tapi semakin menjadi pendorong meningkatnya angka perselingkuhan, yakni perselingkuhan emosional.
Perselingkuhan emosional sering kali terjadi di tengah persahabatan seseorang dengan lawan jenis yang menemukan banyak kesamaan karakter, tapi tanpa seks. Setidaknya dalam waktu dekat.
“Perselingkuhan emosional lekat dengan kerahasiaan, keintiman emosional, dan kedekatan seksual. Perselingkuhan emosional bisa lebih mengancam daripada seks dengan teman kencan singkat,” kata Shirley Glass, penulis Not Just Frineds.
Glass, seperti dikutip Good in Bed, mengibaratkan pernikahan bak bangunan sebuah rumah. Karena itu, menjaga setiap bagian-bagiannya akan menyelamatkan rumah dari keruntuhan.
“Jaga dinding rumah dan jendela dengan baik. Jaga agar jendela rumah tetap terbuka. Pasang dinding privasi dari orang lain yang bisa mengancam pernikahan Anda,” imbuhnya.
Ancaman internet
Tetapi dengan ancaman internet, bukan hanya jendela dan dinding yang perlu kita khawatirkan, juga dari kebocoran. Bahaya pertama dari perselingkuhan internet bukan hanya bisa menyebabkan perselingkuhan seksual yang sebenarnya, tetapi begitu mudah mengalihkan perasaan emosional berharga dari hubungan inti seseorang. Dengan kecepatannya membuka perkenalan dengan orang baru, internet memungkinkan kita untuk dengan mudah menghilangkan dan mematikan perasaan kepada pasangan, ketika kita harus melakukan upaya untuk menghidupkan api cinta.
Lalu, apakah Anda akan “mengintip“ aktivitas pasangan di dunia maya saat tercium aroma perselingkuhan, tapi berat dilakukan karena pertimbangan privasi?
Dalam hubungan berkomitmen, semestinya tidak ada sesuatu yang disembunyikan. Bukan berarti Anda melanggar privasi pasangan, tapi sikap menghormati pondasi utamanya adalah kepercayaan.
Sebelum Anda mulai “mengintip“ atau menggali informasi tentang segala perilakunya, tanyakan pada diri sendiri beberapa pertanyaan:
- Apakah pasangan menghabiskan terlalu banyak waktu di depan komputer dan perangkat digital lain seperti SmartPhone? Apakah ia merahasiakan aktivitasnya? Sebagai contoh, apakah pasangan nyaman meninggalkan halaman Facebook atau Whatsapp-nya?
- Apakah belakangan ini pasangan berhubungan dengan mantan kekasihnya melalui situs jejaring sosial? Jika demikian, apakah aktivitasnya membuat Anda tidak nyaman?
- Apakah pasangan menyebut Anda paranoid ketika Anda membuka subjek soal privasi berselancar di smartphonenya?
- Apakah pasangan kamu cenderung suka flirting ketika kamu berdua berada di tempat umum?
- Apakah kehidupan seks kamu mengalami penurunan kuantitas akhir-akhir ini?
- Apakah pasangan memberitahu bahwa ada sesuatu yang salah denganmu?
Tindakan selanjutnya tergantung pada bagaimana Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, mungkin sudah saatnya untuk “mengintip“, terutama jika Anda sudah berbicara tentang perasaan, tapi pasangan tidak menggubrisnya.
Baca juga: Kelamnya Perselingkuhan di Dunia Maya
Tak ada yang suka jika kegiatannya “diintip”, tapi tidak ada seorang pun yang suka “mengintip”. Kedua pilihan memiliki landasan moral masing-masing, di mana akhirnya pasangan mencintai bisa membuat hubungan lebih kuat dan lebih baik melalui dialog. Masalah ini bisa menjadi kesempatan Anda berdua untuk menetapkan kesepakatan soal definisi dan batasan hubungan.
Lalu, bagaimana jika kamumenemukan sesuatu yang benar-benar menyakitkan, seperti pasangan selingkuh dengan sahabat kamu? Memang menyakitkan, tapi rasanya lebih baik tahu sejak awal daripada tidak sama sekali.
Leave a Reply