Dalam kondisi lumpuh, seorang pria di Lamongan hanya dirawat anaknya yang masih duduk di bangku SD. Kini keduanya bertahan hidup dengan mengandalkan belas kasihan tetangga dan donatur.
Itulah yang kini dialami Tarmuji (48), warga Perumahan Graha Indah Blok MM, Kecamatan Deket, Lamongan. Tarmuji hanya tinggal dan dirawat anak semata wayangnya Nisda yang masih berusia 8 tahun.
Kelumpuhan akibat stroke yang diderita Tarmuji membuatnya tidak bisa kemana-mana. Kemudian setelah istrinya meninggal, ia hanya bisa mengandalkan sang anak untuk merawatnya.
“Istri saya meninggal dunia 1 tahun yang lalu. Saya sendiri sakit seperti ini sudah 7 tahun lamanya,” kata Tarmuji saat didatangi wartawan di rumahnya.
Baca juga: Perjuangan Hidup Bocah SD yang Sekolah Sambil Jualan Bakso
Karena lumpuh, Tarmuji yang dulunya seorang tukang servis barang-barang elektronik tidak bisa mencari nafkah. Untuk hidup sehari-hari, Tarmuji hanya mengandalkan dari belas kasihan tetangga sesama penghuni perumahan atau donatur.
“Biasanya para tetangga mengirimkan pada kami makan berupa nasi bungkus,” imbuh Tarmuji.
Setiap hari, Nisda yang masih duduk di bangku kelas 2 SD harus mengurus keperluan sang ayah. Di usianya yang masih anak-anak, Nisda harus rela kehilangan waktu bermain bersama teman-teman seusianya.
“Bapak sakit dan ibu meninggal dunia,” kata Nisda.
Kondisi kehidupan Tarmuji dan Nisda semakin memilukan ketika mereka terpaksa harus hidup dalam kegelapan. Pasalnya, aliran listrik yang ada di rumah Tarmuji terpaksa diputus oleh PLN karena tidak sanggup membayar.
Baca juga: Benarkah Tidak Memakai Celana Dalam Justru Lebih Sehat?
“PLN sudah memutuskan aliran listrik ke rumah sejak 10 bulan terakhir. Alasannya karena tidak bisa membayar biaya tagihan listrik,” jelasnya.
Untuk penerangan rumah saat malam, lanjut Tarmuji, mereka hanya mengandalkan lampu 5 watt yang terpasang di teras rumah mereka. Lampu penerangan 5 watt ini pun, lanjut Tarmuji, diberikan oleh tetangga mereka yang berbaik hati. Karena kondisi di dalam ruangan dan kamar rumah gelap, ayah dan anak ini pun lebih memilih untuk tidak di teras rumah.
“Kalau malam kami tidur di lantai teras rumah yang hanya beralaskan tikar karena di dalam rumah sering terganggu dengan banyaknya tikus,” kata Tarmuji sambil terbata.
Kini, Tarmuji berharap uluran tangan dari para dermawan dan pemerintah setempat agar bisa membantu kehidupannya. “Kami berharap agar ada bantuan pengobatan dan uang buat biaya sehari-hari,” kata Tarmuji berharap.
Leave a Reply